Aku duduk dalam sepi, menatap dari kejauhan. Tidak ada yang salah dengan senyummu—hangat, tulus, dan sederhana. Tapi tetap saja, dadaku terasa sesak. Aku tahu, aku tidak punya hak. Setiap kata yang kau bisikkan, setiap tatapan yang kau berikan, bukan untukku. Tapi tetap saja aku mendengar, tetap saja aku merasa. Seolah-olah semesta bermain-main denganku, membuatku percaya bahwa aku masih punya tempat di sisimu, meski hanya dalam anganku sendiri. Terkadang aku cemburu. Bukan karena aku ingin mengambil kebahagiaanmu, tapi karena aku tak bisa berbagi dalam cahaya yang sama. Aku hanya bayangan yang diam—menyimpan rindu yang tak boleh ada, merawat perasaan yang seharusnya mati sejak awal. Namun, kendali itu selalu lepas. Senyummu datang lagi, suaramu bergema di benakku, dan segalanya runtuh. Aku berusaha mengubur rasa ini, tapi ia selalu menemukan jalan untuk kembali. Aku tahu, aku tidak punya hak. Tapi siapa yang bisa menolak perasaan yang enggan pergi?
Blog yang sering ngomongi kopi sambil curhat tentang kehidupan pribadi.