Senja itu jatuh perlahan, menggulung riuh pesta sekolah ke dalam kesunyian. Di bawah lampu-lampu temaram, langkahmu menjauh, meninggalkan jejak yang tak pernah benar-benar tertinggal. Kita bertengkar, kata-kata meluncur menjadi bara, tapi aku tak pernah mengira bahwa api kecil itu akan membakar segalanya.
Aku masih berdiri di tempat yang sama saat kau menghilang. Tak ada tanda, tak ada alasan yang bisa kupahami. Hanya angin malam yang berbisik samar, membawa aroma keraguan yang semakin menyengat. Di antara dinding sunyi, ada bayangan yang tak pernah bisa kuabaikan—kau dan dia, dalam kisah yang tak pernah kuceritakan.
Aku menunggu di balik pintu rahasia, di kamar yang dulu menyimpan semua tawa kita. Namun kini, gelap menyelimuti segalanya. Bayang-bayangmu melebur bersama seseorang yang tak pernah kusebut namanya, meninggalkan aku dalam labirin kecurigaan yang terus menyala.
Festival telah lama usai, namun ingatan ini tak ikut terbakar. Luka itu masih tersimpan rapi di antara kepingan kenangan yang beku. Aku ingin berpura-pura tak tahu, ingin percaya bahwa mungkin ini hanya ilusi yang kuciptakan sendiri. Tapi kenyataan selalu lebih tajam dari dugaan, dan aku tahu, kau telah menemukan tempat lain untuk berlabuh.
Kini, aku hanya berdiri di tepi memori—menatap kisah yang perlahan larut dalam kelam. Aku dan kau, di jalan yang tak lagi terang, dalam misteri cinta yang tak pernah menemukan akhir yang indah.
Komentar
Posting Komentar