Oleh : M.Fajar Hadi*
Pada jalan yang bercabang dua aku harus memilih.
Jalan kiri setapak dengan krikil tak beraturan dan belukar yang baru tertebas,
Atau jalan kanan dengan lantai berkilap kaca berkarpet merah,
Serta fotografer yang menunggu untuk mengambil gambarku.
Pada jalan kiri itu kulihat seorang menari yang ku kenal dengan nama sunyi,
Berdansa dengan orang yang ku kenal dengan nama tangis,
Hanya ada gubuk tua di ujung jalan setapak ini,
Kulihat dalam gubuk itu sebuah keluarga terbaring lapar, mata tertutup, mulut terbungkam dan berbaju sobek.
Pada jalan kanan itu,
Kulihat sekelompok orang yang bernama muslihat sedang berpesta pora dengan nutrisi melimpah ruah di meja makan mereka,
Di belakang mereka gedung megah bertingkat yang terbalut dari emas dan berlian dan keluarga yang berbaju dari kain sutra.
Tapi aku melihat suatu keganjilan mama,
Kulihat suatu jembatan dan pemicu bom di belakang gubuk itu,
Yang menghubungkan sisi kiri kepada kanan untuk mendapatkan semua emas, berlian dan nutrisi itu.
Maaf mama,
Aku akan melawan kehendakmu untuk memilih jalan kanan dengan hidup mewah dan bernutrisi,
Aku akan jalan ke kiri melepaskan penutup mata keluarga sisi kiri dan bersama menekan pemicu bom jembatan itu.
*Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya angkatan 2015
Pada jalan yang bercabang dua aku harus memilih.
Jalan kiri setapak dengan krikil tak beraturan dan belukar yang baru tertebas,
Atau jalan kanan dengan lantai berkilap kaca berkarpet merah,
Serta fotografer yang menunggu untuk mengambil gambarku.
Pada jalan kiri itu kulihat seorang menari yang ku kenal dengan nama sunyi,
Berdansa dengan orang yang ku kenal dengan nama tangis,
Hanya ada gubuk tua di ujung jalan setapak ini,
Kulihat dalam gubuk itu sebuah keluarga terbaring lapar, mata tertutup, mulut terbungkam dan berbaju sobek.
Pada jalan kanan itu,
Kulihat sekelompok orang yang bernama muslihat sedang berpesta pora dengan nutrisi melimpah ruah di meja makan mereka,
Di belakang mereka gedung megah bertingkat yang terbalut dari emas dan berlian dan keluarga yang berbaju dari kain sutra.
Tapi aku melihat suatu keganjilan mama,
Kulihat suatu jembatan dan pemicu bom di belakang gubuk itu,
Yang menghubungkan sisi kiri kepada kanan untuk mendapatkan semua emas, berlian dan nutrisi itu.
Maaf mama,
Aku akan melawan kehendakmu untuk memilih jalan kanan dengan hidup mewah dan bernutrisi,
Aku akan jalan ke kiri melepaskan penutup mata keluarga sisi kiri dan bersama menekan pemicu bom jembatan itu.
*Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya angkatan 2015
Komentar
Posting Komentar