Kesempatan sebelumnya, kita sudah membahas apa arti public speaking, apa persamaan public speaking dan conversation, apa strategi, dan yang juga hal yang sangat mendasar adalah dalam mendasari interaksi kita adalah persepsi, Anda masih in>Pertemuan kali ini kita akan membahas masalah komunikasi. Komunikasi dalam public speaking dapat dilihat dari sisi komunikasi verbal dan komunikasi non-verbal. Kemarin kita sudah membahas komunikasi verbal dan non-verbal sedikit. Jadi misalnya kalau verbal itu lewat kata-kata dan kalau non-verbal adalah seluruh gerakan anggota tubuh, serta intonasi, dan sebagainya. Nanti kita akan bahas juga.
Kemudian pada bagian awal ini kita akan bahas terlebih dahulu apa komunikasi dan pentingnya seorang pembicara atau public speaker memahami komunikasi. Sebagai langkah awal berbicara dengan pihak lain sebaiknya Anda mengetahui apa dan bagaimana proses itu terjadi.

Untuk memahaminya, kita bahas satu per satu. Oke, yang pertama adalah pembicara atau dalam istilah komunikasi sering disebut dengan sumber. Komunikasi memang berawal dari pembicara. Keberhasilan seorang pembicara sangat tergantung dengan kita sendiri, yaitu kredibilitas kita. Dalam hal ini, baik dalam sisi pemahaman yang akan dibicarakan, persiapan dalam berbicara, etiket berbicara, serta sensitivitas kita terhadap lawan bicara, dan situasi.
Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan sensitivitas? Sensitivitas itu adalah rasa yang kita rasakan. Bagaimana kita peka, enggak kebal gitu. Jadi kalau melihat audience kayaknya audience-nya sudah mulai menguap, itu kan tanda-tanda dia mengantuk. Jadi kita harus beralih strateginya. Jadi kita sebagai speaker, sebagai pembicara, diharapkan mempunyai kemampuan itu.

Kemudian yang kedua adalah pesan. Tatkala kita berbicara pasti dong ada materi pembicaraan. Misalnya kita sedang menghadap ke atasan di kantor atau berbicara dengan guru atau dosen, dan kita mengatakan misalnya, “Ibu, Bapak, saya memahami apa yang dimaksudkan. Tetapi saya sama sekali tidak merasa malakukan hal itu.”
Ini adalah contoh sepenggal pesan yang saya ambil sebagai ilustrasi, sebagai contoh. Nah sebenarnya apa sih pesan itu yang dimaksud? Tentu saja tidak hanya pesan seperti yang tertulis tadi. Karena pesan itu akan diikuti dengan nada bicara, ekspresi wajah, dan hal lainnya yang memperkuat isi pesan itu sendiri. Itu dari pesan, dari sisi pesan.
Nah, tujuan dalam public speaking itu kan mempunyai tujuan khusus yang dikomunikasikan. Keberhasilannya tergantung pada pesan yang disampaikan dan bagaimana kita menyampaikannya. Mendapatkan suatu pesan verbal dalam public speaking tidaklah mudah. Memerlukan persiapan agar kita memiliki data yang akurat dan tidak asal bicara.
Di samping pesan verbal tersebut, kita juga mengirimkan pesan yang mau-tidak mau, suka- tidak suka selalu dibarengi dengan nadabicara, penampilan, gerakan anggota tubuh, ekspresi wajah, dan juga eye contact atau kontak mata.
Jadi yang perlu diperhatikan sebenarnya adalah kesesuaian antara pesan verbal yang diucapkan, dan non-verbalnya. Jadi ekspresinya, kemudian intonasinya, gerakan anggota tubuh, dan sebagainya.
Nah, jangan sampai pesan non-verbal memberi makna yang berlawanan dengan pesan verbal Anda.
Kemudian selanjutnya adalah channel atau media, adalah alat bantu atau media yang digunakan dalam menyampaikan pesan. Kita berbicara melalui televisi, melalui radio, itu adalah channel-nya, medianya. Public speaker atau pembicara bisa menggunakan satu atau lebih dari media untuk menyampaikan pesannya. Namun pemilihan media juga harus hati- hati, disesuaikan dengan kondisi dari audience kita.
Kemudian pada bagian awal ini kita akan bahas terlebih dahulu apa komunikasi dan pentingnya seorang pembicara atau public speaker memahami komunikasi. Sebagai langkah awal berbicara dengan pihak lain sebaiknya Anda mengetahui apa dan bagaimana proses itu terjadi.
7 Komponen Komunikasi
- Pembicara
- Pesan yang disampaikan
- Media atau channel
- Pendengar
- Umapn balik atau feedback
- Interference atau gangguan
- Situasi

Untuk memahaminya, kita bahas satu per satu. Oke, yang pertama adalah pembicara atau dalam istilah komunikasi sering disebut dengan sumber. Komunikasi memang berawal dari pembicara. Keberhasilan seorang pembicara sangat tergantung dengan kita sendiri, yaitu kredibilitas kita. Dalam hal ini, baik dalam sisi pemahaman yang akan dibicarakan, persiapan dalam berbicara, etiket berbicara, serta sensitivitas kita terhadap lawan bicara, dan situasi.
Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan sensitivitas? Sensitivitas itu adalah rasa yang kita rasakan. Bagaimana kita peka, enggak kebal gitu. Jadi kalau melihat audience kayaknya audience-nya sudah mulai menguap, itu kan tanda-tanda dia mengantuk. Jadi kita harus beralih strateginya. Jadi kita sebagai speaker, sebagai pembicara, diharapkan mempunyai kemampuan itu.

Kemudian yang kedua adalah pesan. Tatkala kita berbicara pasti dong ada materi pembicaraan. Misalnya kita sedang menghadap ke atasan di kantor atau berbicara dengan guru atau dosen, dan kita mengatakan misalnya, “Ibu, Bapak, saya memahami apa yang dimaksudkan. Tetapi saya sama sekali tidak merasa malakukan hal itu.”
Ini adalah contoh sepenggal pesan yang saya ambil sebagai ilustrasi, sebagai contoh. Nah sebenarnya apa sih pesan itu yang dimaksud? Tentu saja tidak hanya pesan seperti yang tertulis tadi. Karena pesan itu akan diikuti dengan nada bicara, ekspresi wajah, dan hal lainnya yang memperkuat isi pesan itu sendiri. Itu dari pesan, dari sisi pesan.
Nah, tujuan dalam public speaking itu kan mempunyai tujuan khusus yang dikomunikasikan. Keberhasilannya tergantung pada pesan yang disampaikan dan bagaimana kita menyampaikannya. Mendapatkan suatu pesan verbal dalam public speaking tidaklah mudah. Memerlukan persiapan agar kita memiliki data yang akurat dan tidak asal bicara.
Di samping pesan verbal tersebut, kita juga mengirimkan pesan yang mau-tidak mau, suka- tidak suka selalu dibarengi dengan nadabicara, penampilan, gerakan anggota tubuh, ekspresi wajah, dan juga eye contact atau kontak mata.
Jadi yang perlu diperhatikan sebenarnya adalah kesesuaian antara pesan verbal yang diucapkan, dan non-verbalnya. Jadi ekspresinya, kemudian intonasinya, gerakan anggota tubuh, dan sebagainya.
Nah, jangan sampai pesan non-verbal memberi makna yang berlawanan dengan pesan verbal Anda.
Kemudian selanjutnya adalah channel atau media, adalah alat bantu atau media yang digunakan dalam menyampaikan pesan. Kita berbicara melalui televisi, melalui radio, itu adalah channel-nya, medianya. Public speaker atau pembicara bisa menggunakan satu atau lebih dari media untuk menyampaikan pesannya. Namun pemilihan media juga harus hati- hati, disesuaikan dengan kondisi dari audience kita.
Komentar
Posting Komentar