Lucas tahun 2001 dalam bukunya ‘Public Speaking’, bahwa etika adalah cabang dari filosofi yang berkaitan dengan masalah dan benar dalam kehidupan manusia. Etika akan muncul ketika kita bicara soal suatu tindakan yang berkaitan dengan moral atau tidak bermoral, jujur atau tidak jujur, adil atau tidak adil.
Batasan lain diambil dari Mitchell, bahwa etika datangnya dari dalam dan sulit untuk berubah. Sedangkan etiket adalah aturan yang datangnya dari luar. Ini berkaitan dengan benar tidaknya suatu perilaku atau perbuatan atau sesuai-tidak sesuai suatu tindakan dalam sistem sosial atau lingkungan tertentu. Satu lagi, saya ambil dari Business Dictionary bahwa etika adalah konsep dasar dan prinsip-prinsip dasar perilaku manusia yang layak.
Ini mencakup studi tentang nilai-nilai universal seperti kesetaraan, penting dari semua pria dan wanita, hak asasi manusia atau alam, ketaatan kepada hukum negara, kepedulian terhadap kesehatan dan keselamatan, dan semakin juga untuk lingkungan alam. Nah, dari semua definisi atau batasan etika, maka dapat disimpulkan bahwa etika adalah suatu hal yang harus dimiliki oleh setiap manusia sebagai panduan, guidance, atau dasar dalam membangun hubungan harmonis dengan manusia yang lain.
Jadi artinya kalau kita ingin berinteraksi dengan pihak lain maka etika dasarnya. Jadi dari definisi tadi timbul pertanyaan, perlukah kita memahami etika? Bagaimana jawaban Anda?
Sahabat pembaca, untuk menjawab perlu tidaknya memahami etika, maka kita harus menjawab pertanyaan dasarnya, yaitu apakah kita berinteraksi dengan pihak lain? Nah, bagaimana jawaban Anda? Adakah di antara Anda yang tidak berinteraksi dengan pihak lain? Tidak gaul dengan pihak lain? Saya yakin Anda pasti berinteraksi dengan pihak lain.
Normalnya kita semua perlu berinteraksi dengan pihak lain. Apakah di antara Anda yang tidak berinteraksi dengan pihak lain, adakah? Dalam berinteraksi pasti ada yang namanya komunikasi. Kalau ada komunikasi, pasti ada pihak lain. Dan yang pasti, dalam komunikasi ada tujuan dan yang tidak bertujuan.
Kadang kita dirancukan dengan istilah etika dan etiket. Jadi sebelum kita bicara etika dalam komunikasi, etika dalam public speaking, saya akan sedikit menggambarkan atau mengelaborasi perbedaan etika dan etiket supaya kita tidak rancu. Kalau tadi di atas, bahasan-bahasannya lebih kepada apa itu arti etika. Nah, sekarang kita lebih kepada etika dan etiket. Karena nanti yang kita bicarakan lebih kepada etiketnya.
Perbedaan etika dan etiket
Sahabat, etika, sebagaimana definisi yang dikemukakan tadi, merupakan dasar yang melekat pada diri seseorang. Dan ini diasah sejak usia dini. Jadi, etika adalah dasar orang berperilaku. Nah, kalau etiket adalah tata cara, manner, dalam berinteraksi.
Jadi, orang bisa memiliki etika yang baik namun tidak beretiket. Dan sebaliknya, kita bisa beretiket tetapi tidak memiliki etika. Nah, untuk jelasnya, saya ambil beberapa contoh. Misalnya nih ya, ada seorang bapak dari desa. Dia datang ke rumah anaknya yang sudah sekolah tinggi, tinggal di kota. Kemudian suatu saat si bapak diajak makan malam di suatu restoran, tentu saja di luar rumah. Tiba-tiba setelah makan, dia bersendawa.
Nah, ini etika atau etiket? Ya, ini artinya bahwa si bapak tadi tidak mempunyai etiket, karena bapak tersebut tidak memahami bahwa bersendawa tidaklah pantas di depan publik atau di depan umum. Namun dia tidak pernah mempunyai keinginan untuk merugikan atau menyakiti pihak lain.
Sekarang kita ambil contoh orang yang tidak beretika. Misalnya nih, ada orang yang berpenampilan rapi, menggunakan mobil mewah, dan sangat santun dalam tutur katanya. Namun ternyata dia terjerat kasus korupsi. Nah, suka-tidak suka, korupsi adalah merugikan banyak pihak. Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada niat baik dalam diri orang tersebut. Maka orang ini tidak memiliki etika karena dia telah melanggar norma atau nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat.
Etika tidak bisa dilihat kasat mata, namun termanifestasi dalam perilaku seseorang. Sedangkan etiket bisa dilihat secara kasat mata dan selalu melekat pada proses interaksi, baik bertujuan dan tidak bertujuan. Bagaimana, Anda sudah paham? Oke, untuk lebih paham lagi, saya ambil satu gambaran mengenai bagaimana suatu etika hadir dalam proses komunikasi yang bertujuan dan tidak bertujuan.
Yang pertama adalah yang bertujuan. Contoh dari etiket bertujuan: santun, hormat kepada orangtua, guru, dosen; kalau bertemu bersalaman, cium tangan. Ini adalah etiket. Nah, dirasa etiket ini mampu memberikan keuntungan kepada kita. Jadi, terlihat kita sopan, kita menghargai orangtua, menghargai atasan kita. Pokoknya kita berperilaku secara etiket yang berlaku, sopan santun yang diterima.
Yang kedua adalah etiket yang tidak bertujuan. Contohnya tadi, seperti si bapak, tatkala kita makan di suatu restoran kemudian bersendawa dan terdengar orang lain. Apakah kita bertujuan? Tentu saja tidak. Nah, maka ini dapat dikatakan tidak bertujuan, karena memang tidak sengaja atau merupakan suatu kebiasaan yang tanpa disadari. Saudara, kalau kita membahas etiket, maka dapat dilihat bahwa etiket itu bisa dibagi dalam dua bagian besar: etiket individu, yang satunya lagi, etiket sosial.
Komentar
Posting Komentar