Kamu pernah dengar lagunya Sheila On7 yang kaya gini nih liriknya, “Coba berusaha untuk lebih mencintaiku, Aku ‘kan mencoba hal yang sama/Aku pun tak ingin meninggalkan tempat ini, Apa yang kau rasakan aku juga merasakan…”
Well, lagu berjudul “Tentang Hidup” itu dinyanyikan dengan perasaan oleh Kak Duta, seolah ingin menekankan, bahwa rasa cinta itu adalah sebuah anugerah dan hal yang kita suka yang sulit digantikan oleh rasa lain.
Ah, kalo kebetulan yang denger lagu itu sedang kasmaran, bisa jadi tuh lagu berubah derajat sebagai lagu kebangsaan. Dinyanyikan di mana pun dia suka. Diputer kapan saja dia mau. Ya, cinta memang mengubah segalanya menjadi begitu indah. Hidup terasa lebih rileks, fresh, dan tentunya lebih berwarna dan penuh tenaga. Aliran darah deras mengalir tanpa sumbatan. Energinya akan memicu rasa senang yang lebih bagi yang merasakan.
Itu sebabnya, jangan heran pula jika jutaan lagu sudah diciptakan, ratusan puisi ditulis, ribuan film dibuat, entah berapa ribu pula kanvas dilukis, untuk menggambarkan tentang cinta. Banyak orang mendefinisikan cinta. Lucunya, sebanyak itu pula arti cinta. Bingung wes 😅.
Cinta itu seperti kilat : Kamu tidak dapat mengatakan di mana akan menyambar sampai mereka sudah turun lebih dahulu dan Kamu tidak sempat menghindar.
Jean Baptiste Lacordaire
Cinta membuat kita lebih bahagia
[caption id="" align="aligncenter" width="620"]
Tapi yang jelas dan pasti, cinta itu begitu indah untuk dinikmati. Cinta kelebat mahal untuk dibiarkan begitu saja tanpa dirasakan. Memang sih, cinta universal. Kita bisa mencintai kru kita, kakak – adik kita, juga mencintai temen – temen kita. Dan… kita juga bisa mencintai Tuhan kita dengan sepenuh hati dan jiwa. Cukup, cinta memang universal.
Tapi kenapa cinta kepada lawan jenis selalu membuat kita betah berjam – jam membahasnya? Hampir pasti kita rayakan kemenangan saat berhasil P.D.K.T.? Nyaris tak bisa diganti dengan rasa lain, saat kita jatuh cinta kepada seseorang yang mampu mencairkan dinding es yang selama ini kita bangun di hati. Meleleh bagai es krim kena angin. Ah, rasanya cinta kepada lawan jenis membutuhkan energi tersendiri untuk membahasnya, mengobrolkannya, dan bahkan menuliskannya.
Mungkin, alasan yang masuk akal (atau sengaja diakal – akalin nih?😨) adalah karena untuk menerjemahkan cinta kepada lama jenis tidak terlalu sulit. Untuk bisa mencintai lawan jenis, cukup lewat pesonanya yang mudah ditangkap.
Bisa lewat pandangan, bisa lewat pendengaran, dan bahkan kekuatan bahasa dalam sebuah tulisan. Cinta bisa datang dari situ. Buktinya, banyak yang jatuh hati ketika melihat sosok wajah yang eksotik, atau mendengar suaranya yang seksi dan menggemaskan dari sambungan telepon, dan sangat boleh jadi kita jatuh hati ketika membaca tulisannya di blognya atau via SMS yang menaburkan benih – benih cinta dan tumbuh subur di hati kita.
Bagaimana? Sudah Bahagia? Kalau belum, jangan lupa bahai yah :D
Komentar
Posting Komentar