Kamu pasti sering dengar pepatah begini, “Darimana datangnya lintah, dari sawah turun ke kali. Darimana datangnya cinta, dari mata turun ke hati”. Ya, pepatah ini sepertinya udah berurat – akar. Diyakini sebagai bagian dari proses kehidupan yang mestinya terjadi. Meski dalam beberapa kasus, pepatah ini nggak berlaku. Lihat deh bagaimana dua sejoli yang (maaf) tunanetra. Bagi mereka tentunya cinta bukan datang dari mata turun ke hati. Tapi buat mereka, cinta bisa datang dari sebuah persamaan nasib, mungkin saja kan?
Memang unik rasa cinta itu. Datang bisa tiba – tiba, pergi pun nggak pamit dulu. hilang begitu aja. Lucunya, sering kali banyak dari kita yang malah nggak menyadari kehadiran cinta. Jika kita suka kepada seseorang, sering kali dianggap sebatas suka aja, belum cinta. Padahal, siapa tahu itu adalah awal dari cinta. Ketika di sekolah ada seseorang yang kinclong (panci kali! 😁) dan mampu melumerkan kerasnya hati kita, maka kita sudah berada di sebuah gerbang rasa cinta.
Wahai sahabat, cinta bisa datang pada saat yang nggak kita harapkan. Bahkan menurut kita sangat nggak tepat. Waktu kita sekolah, rasa cinta itu sudah muncul. Sebenarnya sih sah-sah aja. Tapi yang nggak sah adalah cara mengekspresikan di jalan yang salah. Jika demikian, cinta telah dijaikan alasan untuk berbuat atas nama sebuah kerusakan, bukan kecintaan. Gimana nggak, kamu bisa renungkan, jika cinta itu suci dan seputih melati, mengapa harus dinodai dengan sebuah kebusukan, yang pura – pura atas nama cinta ketika melakukannya. Itu sebabnya, aku sering bingung sendiri kalo ada temen cewek yang rela memberikan keperawannya, rela direnggut kehormatannya, rela dinodai kesuciannya oleh siapa? yup! sang pacar!, lalu bilang, “pengorbanan ini sebagai tulusnya rasa cintaku”. Kalau buat suami mah halal dan juga beribadah. Untuk sang pacar? Astagfirullah... ! Pikir lagi girls!
Memang Unik!
Memang unik rasa cinta itu. Datang bisa tiba – tiba, pergi pun nggak pamit dulu. hilang begitu aja. Lucunya, sering kali banyak dari kita yang malah nggak menyadari kehadiran cinta. Jika kita suka kepada seseorang, sering kali dianggap sebatas suka aja, belum cinta. Padahal, siapa tahu itu adalah awal dari cinta. Ketika di sekolah ada seseorang yang kinclong (panci kali! 😁) dan mampu melumerkan kerasnya hati kita, maka kita sudah berada di sebuah gerbang rasa cinta.
Pasti datang disaat kita membutuhkannya.
Wahai sahabat, cinta bisa datang pada saat yang nggak kita harapkan. Bahkan menurut kita sangat nggak tepat. Waktu kita sekolah, rasa cinta itu sudah muncul. Sebenarnya sih sah-sah aja. Tapi yang nggak sah adalah cara mengekspresikan di jalan yang salah. Jika demikian, cinta telah dijaikan alasan untuk berbuat atas nama sebuah kerusakan, bukan kecintaan. Gimana nggak, kamu bisa renungkan, jika cinta itu suci dan seputih melati, mengapa harus dinodai dengan sebuah kebusukan, yang pura – pura atas nama cinta ketika melakukannya. Itu sebabnya, aku sering bingung sendiri kalo ada temen cewek yang rela memberikan keperawannya, rela direnggut kehormatannya, rela dinodai kesuciannya oleh siapa? yup! sang pacar!, lalu bilang, “pengorbanan ini sebagai tulusnya rasa cintaku”. Kalau buat suami mah halal dan juga beribadah. Untuk sang pacar? Astagfirullah... ! Pikir lagi girls!
Komentar
Posting Komentar