Mohon untuk tidak dipersepsi lain. maksud jangan ngliat wajah bukan berarti ketika nyari jodoh kudu merem atau pakai penutup mata. Nggak gitu kok. Cuma ngasih arahan, bahwa wajah boleh dijadiin ukuran untuk mencari pasangan hidup, tapi jangan sampe hal itu menjadi pilihan kita yang sejati. Artinya,
wajah itu nomor sekian deh untuk dijadikan ukuran kesukaan kita. Bayangin, kalau kamu nyari pasangan cuma melihat wajah dan tubuhnya yang aduhai, sementara keimanan jadi nomor sekian (atau malah nggak masuk kriteria?) bisa gawat. Kenapa? Jangan – jangan itu tipe romantis alias roman manis, tapi berhati iblis! Wadau! :D
Sobat muda (kalo tua nggak papa kok :D ), unik dan menarik soal rasa suka ini. Bisa sederhana, tapi sekaligus bisa juga menjadi ribet, kalo diusut – usut, eh, malah tambah kusut kagak karuan. Sederhana kalo kita memandang rasa suka kepada lawan jenis ini dengan kriteria yang nggak hiperbola. Misalnya nih ya :
Tapi bisa menjadi blunder dan bikin puyeng kalo dalam urusan suka ini kamu pasang spesifikasi dan kualifikasi yang kelewat tinggi. Misalnya, tampangnya kudu sepuluh sebelas alias kembaran sama Reza Rahardian or kalo cewek kayak BCL (waduh jadi film dong), akhlaknya mulia, pinter, wajah Zimbabwe-Arab, sarjana, pinter masak, lihai pula dalam berorganisasi, jujur, penuh perhatian, peduli, enak diajak ngbrol, bodi atletis or seksi, keturunan keluarga baik – baik, anak orang kaya, ditambah cool en nggak hidup banyak tingkah plus setia pula. Ehm… itu syarat jadi calon pasangan hidup, apa kemaruk pengen semuanya diraih? Bukan nggak boleh lho, silahkan aja (kalo emang ada). Sebab, nggak usah heran kalo Nabi kita pun sampe merinci bahwa wanita (termasuk laki – laki) itu dinikahi karena kecantikannya (kegantengannya), hartanya, keturunannya, dan agamanya. Itu artinya, manusia sejatinya emang tertarik dan suka sama semua kriteria yang disebutkan dalam hadis Nabi saw. Itu. Meski demikian, Rasulullah saw. berpesan bahwa nikahilah pasanganmu karena agamanya.
[caption id="" align="aligncenter" width="480"]
karena agamanya ya guys via onehwallpaper.com[/caption]
Oke, wajah di sini bisa pula berarti status sosial. Nah, nggak bisa menjadikan itu sebagai syarat utama. Percuma aja kan kalau wajah kiut, sarjana, anak rang kaya, bangsawan, tapi nggak beriman. Berabe juga kan? (kecuali kalo kamu merasa itu adalah prestasi duniawi). Tapi inget lho, semuanya itu akan berakhir. Kita nggak usah memanjakan rasa suka kita dengan liar. Sederhana saja dan yang penting realistis. Intinya sih, kalo kita menetapkan rasa suka kudu nyetel juga 'kan dengan kriteria agama. Syukur – syukur kalau kamu mendapatkan pasangan hidup yang wajahnya enak dipandang mata, anak orang kaya, keturunan keluarga keraton, dan pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman ajaran agamanya oke. Eits… tunggu dulu, jangan keburu geer kalau udah ada calon yang kriterianya memenuhi syarat seperti itu. Satu yang nggak boleh dilupakan, pastikan bahwa dia suka juga sama kita. kalo nggak? Hehehe… itu namanya bertepuk sebelah badan eh tangan (nggak bakalan bunyi tuh!)
wajah itu nomor sekian deh untuk dijadikan ukuran kesukaan kita. Bayangin, kalau kamu nyari pasangan cuma melihat wajah dan tubuhnya yang aduhai, sementara keimanan jadi nomor sekian (atau malah nggak masuk kriteria?) bisa gawat. Kenapa? Jangan – jangan itu tipe romantis alias roman manis, tapi berhati iblis! Wadau! :D
Sobat muda (kalo tua nggak papa kok :D ), unik dan menarik soal rasa suka ini. Bisa sederhana, tapi sekaligus bisa juga menjadi ribet, kalo diusut – usut, eh, malah tambah kusut kagak karuan. Sederhana kalo kita memandang rasa suka kepada lawan jenis ini dengan kriteria yang nggak hiperbola. Misalnya nih ya :
- cukup melihat bahwa dia manusia
- harus yang hidup punya keimanan yang menancap di dada (lihat perilaku dan ucapannya dalam keseharian)
- perhatian dan peduli samak kita
- plus punya tanggung jawab. Kalo yang ini kamu pasang, insha Allah agak mudah :).
Tapi bisa menjadi blunder dan bikin puyeng kalo dalam urusan suka ini kamu pasang spesifikasi dan kualifikasi yang kelewat tinggi. Misalnya, tampangnya kudu sepuluh sebelas alias kembaran sama Reza Rahardian or kalo cewek kayak BCL (waduh jadi film dong), akhlaknya mulia, pinter, wajah Zimbabwe-Arab, sarjana, pinter masak, lihai pula dalam berorganisasi, jujur, penuh perhatian, peduli, enak diajak ngbrol, bodi atletis or seksi, keturunan keluarga baik – baik, anak orang kaya, ditambah cool en nggak hidup banyak tingkah plus setia pula. Ehm… itu syarat jadi calon pasangan hidup, apa kemaruk pengen semuanya diraih? Bukan nggak boleh lho, silahkan aja (kalo emang ada). Sebab, nggak usah heran kalo Nabi kita pun sampe merinci bahwa wanita (termasuk laki – laki) itu dinikahi karena kecantikannya (kegantengannya), hartanya, keturunannya, dan agamanya. Itu artinya, manusia sejatinya emang tertarik dan suka sama semua kriteria yang disebutkan dalam hadis Nabi saw. Itu. Meski demikian, Rasulullah saw. berpesan bahwa nikahilah pasanganmu karena agamanya.
[caption id="" align="aligncenter" width="480"]
Oke, wajah di sini bisa pula berarti status sosial. Nah, nggak bisa menjadikan itu sebagai syarat utama. Percuma aja kan kalau wajah kiut, sarjana, anak rang kaya, bangsawan, tapi nggak beriman. Berabe juga kan? (kecuali kalo kamu merasa itu adalah prestasi duniawi). Tapi inget lho, semuanya itu akan berakhir. Kita nggak usah memanjakan rasa suka kita dengan liar. Sederhana saja dan yang penting realistis. Intinya sih, kalo kita menetapkan rasa suka kudu nyetel juga 'kan dengan kriteria agama. Syukur – syukur kalau kamu mendapatkan pasangan hidup yang wajahnya enak dipandang mata, anak orang kaya, keturunan keluarga keraton, dan pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman ajaran agamanya oke. Eits… tunggu dulu, jangan keburu geer kalau udah ada calon yang kriterianya memenuhi syarat seperti itu. Satu yang nggak boleh dilupakan, pastikan bahwa dia suka juga sama kita. kalo nggak? Hehehe… itu namanya bertepuk sebelah badan eh tangan (nggak bakalan bunyi tuh!)
Komentar
Posting Komentar