Huss... jangan keburu berpikiran ngeres kalau ngomong buka – bukaan. Hehehe... sorry bukannya nuduh, tapi aku aja yang takut keburu kamu tuduh (ge'er banget yak?). ehm, ini sekedar ungkapan untuk menggambarkan “tingkat aman” sebuah hubungan. Boleh dibilang level aman kedua dalam memelihara rasa suka, yang kemudian diduga kuat memunculkan rasa sayang. Terbuka di sini artinya kita sudah bebas ngomongin apa aja dengan orang yang kita sukai. Keterbukaan ini biasanya berawal karena sering bertemu. Karena sering, jadi kita kenal karakter. Sudah kenal karakter, maka muncul sikap saling percaya dan menghargai perbedaan yang ada dan mengakui masing – masing.
Nah, kalau sudah sampai saling percaya, biasanya kita akan bebas bercerita apa saja. Karena kita merasa sudah yakin bahwa ia nggak bakalan 'ember' dengan membocorkan rahasia kita ke teman- teman. Selanjutnya, jangan heran kalau akhirnya kita bisa bebas karena nggak bakalan kena “roaming” untuk ngobrol sepanjang kita suka, sampai puas dan tertuntaskan rindu kita. Sikap seperti ini, sering menjadi alat penyambung dan pengikat hubungan di antara orang yang saling bersahabat.
Aku pun sangat terbuka dengan orang di dekatku
Jujur saja, aku sendiri begitu banyak memiliki teman, tapi cuma beberapa saja yang bisa menjadi sahabat. Aku bisa curhat apa saja karena aku yakin ia bisa menjaga kehormatan aku *cielah kehormatan :D *. Begitupun dia suka curhat tentang keluarganya, nilai biologi yang jeblok, bahkan tentang bayaran sekolah yang belum dikirim dari orangtua di kampung dan lain - lain. Keterbukaan itu menjadikan aku sayang sama sahabat - sahabat aku.
Aku juga suka curhat dengan ibu, itu karena merasa sudah dekat banget. Meski aku juga suka heran kalau ada anak yang masih juga merasa jauh dengan orangtua nya. Memang itu banyak faktor, salah satunya karena jarangnya berkomunikasi. Mungkin bertemu sering, tapi kualitas komunikasinya buruk, itu juga menjadi penyebab nggak bakalan muncul simpati, apalagi empati atau jatuh hati.
Untuk terbuka kepada lawan jenis kadang sangat susah
Nah, masalahnya bagaimana jika dengan lawan jenis? Sama aja modus operandi-nya. Iya, sama. Karena sejatinya pola hubungan seperti ini akan menumbuhkan sikap saling percaya dan akhirnya mekar menjadi rasa sayang antara anak dengan orangtua, atau kakak dengan adik, dan teman main yang sesama jenis mungkin nggak jadi masalah (tapi hati – hati kalau gaul dengan teman sejenis, jangan sampai punya niat untuk jadi pasangan homoseksual, ih amit – amit!). cinta kepada orangtua, kakak, adik, dan juga sesama muslim sudah sepatutnya untuk didukung dan dikembangkan. Tapi agak bermasalah adalah lawan jenis. Dengan kata lain wajib diwaspadai. Kepana? Eh kenapa? Karena biasanya berlanjut untuk merasa saling memiliki dengan definisi yang lebih “dalem”.
Komentar
Posting Komentar