Aku sering bermain dengan sahabat-sahabatku. Saking seringnya, aku kenal satu per satu kebiasaan mereka, sampai hafal gimana kondisi sahabatku. Aku tahu apa yang membuat sahabatku bisa merasa bahagia, dan hal apa saja yang membuat sahabatku sedih. Itu karena sering bertemu dan bermain. Kita saling cerita dan bahkan saling menggangu. Kebersamaan inilah yang membuat aku mengenal karakter sahabatku satu per satu. Kebersamaan pula itulah memunculkan rasa sayang, meski adakalanya jika aku di-bully juga bisa jadi kesal. Intinya, kalau kita sering bersama, sering bertemu, nggak mustahil bakalan muncul rasa suka dan rasa yang lebih jauh dari rasa suka, yakni rasa cinta dan rasa sayang.
Rasa suka biasanya merupakan penampakan awal, karena level berikutnya akan ditingkatkan menjadi rasa sayang. Karena kita sudah tahu segalanya tentang orang yang kita sayangi. Rasa ini bisa muncul kapan saja, tentunya saat rasa suka kita mulai merayap ke level penuh perhatian. Dari simpati, empati, dan akhirnya jatuh hati. Wadau. Itu wajar kok.
Kalau ditanya, kenapa bisa sayang? Sebenarnya agak susah jawabnya. Karena tak selamanya jagung itu dibakar alasan tunggal yang jadi penyebabnya. Tapi menurutku, rasa ini bisa muncul karena kita sudah saling bertemu dan merasakan empati atas segala dinamika kehidupan yang tidak saja mampu didengar, tapi juga dirasakan. Itu *sambil menirukan logat Mario Teguh*. Kita mulai merasa kedekatan dengannya, merasakan ketertarikan kepadanya, akhirnya sayang kepadanya. Kasih sayang itu ingin rasanya dicurahkan kepada dia seorang.
Padahal, sebelumnya sama sekali kita tak pernah memimpikan memiliki rasa khawatir kepada lawan jenis. Semua lawan jenis di kelas kita anggap sama saja dengan yang lain. kita berpikir tak perlu rasanya mengkhawatirkan karena kita hanya sebatas teman biasa. Tapi ketika virus merah jambu berbuah di hati, maka kita mulai memikirkan seseorang yang kebetulan menarik hati kita. Dari sekedar suka, lalu sayang dan rasanya ingin memilikinya. Bahkan ujug-ujug merasa perlu untuk meng-khawatir-kannya. Nggak salah lagi, itu namanya kamu sudah sayang kepadanya!. Selamat yaa 😊.
Cinta yang belum dewasa mengatkan,’ Aku mencintaimu karena membutuhkan.’ Cinta yang dewasa mengatakan, ‘Aku membutuhkanmu karena aku mencintaimu.
-Erich Fromm
Awalnya itu rasa suka!
Rasa suka biasanya merupakan penampakan awal, karena level berikutnya akan ditingkatkan menjadi rasa sayang. Karena kita sudah tahu segalanya tentang orang yang kita sayangi. Rasa ini bisa muncul kapan saja, tentunya saat rasa suka kita mulai merayap ke level penuh perhatian. Dari simpati, empati, dan akhirnya jatuh hati. Wadau. Itu wajar kok.
Alasan kenapa bisa sayang?
Kalau ditanya, kenapa bisa sayang? Sebenarnya agak susah jawabnya. Karena tak selamanya jagung itu dibakar alasan tunggal yang jadi penyebabnya. Tapi menurutku, rasa ini bisa muncul karena kita sudah saling bertemu dan merasakan empati atas segala dinamika kehidupan yang tidak saja mampu didengar, tapi juga dirasakan. Itu *sambil menirukan logat Mario Teguh*. Kita mulai merasa kedekatan dengannya, merasakan ketertarikan kepadanya, akhirnya sayang kepadanya. Kasih sayang itu ingin rasanya dicurahkan kepada dia seorang.
Rasa ini bisa muncul karena kita sudah saling bertemu dan merasakan empati atas segala dinamika kehidupan yang tidak saja mampu didengar, tapi juga dirasakan.
Padahal, sebelumnya sama sekali kita tak pernah memimpikan memiliki rasa khawatir kepada lawan jenis. Semua lawan jenis di kelas kita anggap sama saja dengan yang lain. kita berpikir tak perlu rasanya mengkhawatirkan karena kita hanya sebatas teman biasa. Tapi ketika virus merah jambu berbuah di hati, maka kita mulai memikirkan seseorang yang kebetulan menarik hati kita. Dari sekedar suka, lalu sayang dan rasanya ingin memilikinya. Bahkan ujug-ujug merasa perlu untuk meng-khawatir-kannya. Nggak salah lagi, itu namanya kamu sudah sayang kepadanya!. Selamat yaa 😊.
Komentar
Posting Komentar