Menikmati tapi tanpa rasa bersalah? lha memangnya menikmati itu ada juga yang dengan rasa bersalah ya? Hmm begini masbro.. mencintai itu memang anugerah. Cinta itu indah dan layak untuk dimiliki. Karena siapa saja yang ngga punya cinta, berarti ia tidak mencintai (eh gimana sih? Bener kan? Hehehe 😀). Iya, maksudku kalo kita ngga punya rasa cinta dijamin ngga bisa menikmati keindahan cinta, gitu lho.
Yang jadi masalah, kita kudu mencintai tanpa rasa bersalah. Unik emang menurutku. Karena sering kali diantara kita merasa bahwa apa yang kita lakukan untuk mencintai seseorang itu justru dihinggapi dengan rasa bersalah. Bisa jadi dengan mengutuk diri sendiri, contohnya “Kenapa sih aku ngga bisa mencintai dia? Dia kan cantik, semlohay, baik hati lagi.” Atau, “kenapa sih aku ko ngga suka sama cowok ganteng, sudah keren, sopan, sholeh lagi” (buat temen cewek yaa). MasyaAllah, pede banget 🙅.
Bisa juga menghukum diri sendiri dengan kata-kata, “kenapa aku ditakdirkan rupa kaya gini (maaf, jelek maksudnya). Kalau orang gambar wajahnya aja bertebaran di sampul majalah dengan tampang cool, kok aku merasa cukup senang hanya jadi bintang iklan kaos caleg. Yang membuat banyak orang nggak suka sama aku. Padahal aku punya se-keranjang cinta untuk bisa dibagikan kepada pujaan hati. Tapi aku ragu, apakah ia mau menerimaku?” Misalnya...
Sahabat, yang namanya jatuh cinta itu nggak dilarang kok. Meski nggak perlu orang yang kita cintai mencintai kita juga. Memang agak-agak sakit sih kalo orang yang kita cintai dekat dengan kita. Kita setengah mati mencintainya, eh, dia malah setengah hidup menolaknya. Itu kan nggak klop namanya. Siapa yang bermasalah? Ya dua-duanya. Pertama, orang yang mencintai merasa bertepuk sebelah tangan, dan tentunya kecewa begitu tahu rasa cintanya tak terbalas. Kedua, orang yang menolak juga kecewa, karena kok bisa-bisanya dicintai sama orang yang tak dicintainya. Ups kesindir yaa? Hehe yaa maaf 😇.
Jadi, kalo udah jatuh cinta, nikmati saja tanpa rasa bersalah. Caranya gimana? Mmm pasti kamu sudah baca kan ulasanku yang tentang ketika kita jatuh cinta, jangan keburu geer dan tergesa untuk ungkapkan cinta. Itu bisa berbahaya bagi yang belum bisa menerima beban kecewa.
Coba aku tanya, andai kamu suka sama seleb, terus kamu cinta sama tuh seleb, dan kamu sayang dia, ya’apa kudu berbalas? Nggak juga kan? Menurutku sih. Kenapa? Gini, mungkin kamu cinta sama Chelsea Islan? Terus kebetulan ketemu lalu diajak makan. Wuih girang dong. Tapi sejauh ini, pernah nggak nge-bayangin supaya dia jadi kekasihmu? Mungkin sebagian dengan pede-nya menganggukkan kepala sebagai jawaban tadi, tapi sangat bisa yang lain malah menjawab, mimpi kalee.. 😝
Waktu sekolah, aku juga punya rasa cinta kepada gadis beda sekolah, tapi karena aku tak berani mengungkapkannya, aku cukup jadikan ia sebagai “objek” kreatifitas dalam puisi ataupun lagu. Selama beberapa tahun Cuma memendamnya dalam hati rasa cinta sama gadis itu. Aku hanya bisa cerita kepada temen sekalas dan dia sendiri ngga pernah tahu kalau sedang dicintai sama aku. Ajaib!. Di sini aku merasa mencintai tanpa rasa bersalah. Menikmatinya dan menerjemahkannya dalam kata-kata. Aku merasa sah-sah saja dalam mencintai meski dia sama sekali nggak tahu. *mengheningkan cipta, mulai*
Tapi.... setelah aku nekat menyatakan cinta, barulah muncul masalah. Salah satunya ya, rasa bersalah diantara kami. Ternyata eh dia menganggap hubungan kami sekedar teman biasa. Ia tidak bisa menerima cintaku dengan berbagai alasan. Rasanya langit seakan runtuh menimpaku (karena sudah terlanjur mencintainya sepenuh hati). Aku merasa bersalah karena begitu besar mencintainya (padahal dulu asyik-asyik aja tuh saat belum diungkapkan perasaan cinta itu). Dia juga (mungkin) merasa bersalah karena telah menolak cintaku dengan begitu lembutnya. Ahh kenangan lama bangkit kembali deh... *ambulans toloong*
So, just enjoy your love with quietly. Wait until time comes. A time when we are able to withstand the risk and be ready to face the fact. Biarkan ia tumbuh subur dulu. Kalau pun kemudian harus kecewa, ya itu resiko. Tapi minimal, kita pernah mencintai seseorang yang bisa memekarkan kuncup di hati kita dan membuat kita jadi kreatif tanpa rasa bersalah sedikitpun.
“Dan biarkan aku jadi pemujamu jangan pernah hiraukan perasaan hatiku”. Nah kaya gini nih, ngga putus asa apalagi guling-guling patah arang. Masih banyak kok orang yang sebenarnya mencintai dan tak peduli dengan dibalas cintanya dari orang yang dicintainya. Ini persepsiku sih, karena ngambil sebagian lirik lagu di atas. Mas Eross pasti punya maksud lain dengan menuliskan lagu tersebut.
Biasanya timbul rasa bersalah
Yang jadi masalah, kita kudu mencintai tanpa rasa bersalah. Unik emang menurutku. Karena sering kali diantara kita merasa bahwa apa yang kita lakukan untuk mencintai seseorang itu justru dihinggapi dengan rasa bersalah. Bisa jadi dengan mengutuk diri sendiri, contohnya “Kenapa sih aku ngga bisa mencintai dia? Dia kan cantik, semlohay, baik hati lagi.” Atau, “kenapa sih aku ko ngga suka sama cowok ganteng, sudah keren, sopan, sholeh lagi” (buat temen cewek yaa). MasyaAllah, pede banget 🙅.
Bisa juga menghukum diri sendiri dengan kata-kata, “kenapa aku ditakdirkan rupa kaya gini (maaf, jelek maksudnya). Kalau orang gambar wajahnya aja bertebaran di sampul majalah dengan tampang cool, kok aku merasa cukup senang hanya jadi bintang iklan kaos caleg. Yang membuat banyak orang nggak suka sama aku. Padahal aku punya se-keranjang cinta untuk bisa dibagikan kepada pujaan hati. Tapi aku ragu, apakah ia mau menerimaku?” Misalnya...
Nikmati saja cintamu tanpa ada rasa bersalah!
Sahabat, yang namanya jatuh cinta itu nggak dilarang kok. Meski nggak perlu orang yang kita cintai mencintai kita juga. Memang agak-agak sakit sih kalo orang yang kita cintai dekat dengan kita. Kita setengah mati mencintainya, eh, dia malah setengah hidup menolaknya. Itu kan nggak klop namanya. Siapa yang bermasalah? Ya dua-duanya. Pertama, orang yang mencintai merasa bertepuk sebelah tangan, dan tentunya kecewa begitu tahu rasa cintanya tak terbalas. Kedua, orang yang menolak juga kecewa, karena kok bisa-bisanya dicintai sama orang yang tak dicintainya. Ups kesindir yaa? Hehe yaa maaf 😇.
Jadi, kalo udah jatuh cinta, nikmati saja tanpa rasa bersalah. Caranya gimana? Mmm pasti kamu sudah baca kan ulasanku yang tentang ketika kita jatuh cinta, jangan keburu geer dan tergesa untuk ungkapkan cinta. Itu bisa berbahaya bagi yang belum bisa menerima beban kecewa.
Coba aku tanya, andai kamu suka sama seleb, terus kamu cinta sama tuh seleb, dan kamu sayang dia, ya’apa kudu berbalas? Nggak juga kan? Menurutku sih. Kenapa? Gini, mungkin kamu cinta sama Chelsea Islan? Terus kebetulan ketemu lalu diajak makan. Wuih girang dong. Tapi sejauh ini, pernah nggak nge-bayangin supaya dia jadi kekasihmu? Mungkin sebagian dengan pede-nya menganggukkan kepala sebagai jawaban tadi, tapi sangat bisa yang lain malah menjawab, mimpi kalee.. 😝
Waktu sekolah, aku juga punya rasa cinta kepada gadis beda sekolah, tapi karena aku tak berani mengungkapkannya, aku cukup jadikan ia sebagai “objek” kreatifitas dalam puisi ataupun lagu. Selama beberapa tahun Cuma memendamnya dalam hati rasa cinta sama gadis itu. Aku hanya bisa cerita kepada temen sekalas dan dia sendiri ngga pernah tahu kalau sedang dicintai sama aku. Ajaib!. Di sini aku merasa mencintai tanpa rasa bersalah. Menikmatinya dan menerjemahkannya dalam kata-kata. Aku merasa sah-sah saja dalam mencintai meski dia sama sekali nggak tahu. *mengheningkan cipta, mulai*
Tapi.... setelah aku nekat menyatakan cinta, barulah muncul masalah. Salah satunya ya, rasa bersalah diantara kami. Ternyata eh dia menganggap hubungan kami sekedar teman biasa. Ia tidak bisa menerima cintaku dengan berbagai alasan. Rasanya langit seakan runtuh menimpaku (karena sudah terlanjur mencintainya sepenuh hati). Aku merasa bersalah karena begitu besar mencintainya (padahal dulu asyik-asyik aja tuh saat belum diungkapkan perasaan cinta itu). Dia juga (mungkin) merasa bersalah karena telah menolak cintaku dengan begitu lembutnya. Ahh kenangan lama bangkit kembali deh... *ambulans toloong*
Sobat, yang namanya jatuh cinta itu nggak dilarang kok. Meski nggak perlu orang yang kita cintai mencintai kita juga.
So, just enjoy your love with quietly. Wait until time comes. A time when we are able to withstand the risk and be ready to face the fact. Biarkan ia tumbuh subur dulu. Kalau pun kemudian harus kecewa, ya itu resiko. Tapi minimal, kita pernah mencintai seseorang yang bisa memekarkan kuncup di hati kita dan membuat kita jadi kreatif tanpa rasa bersalah sedikitpun.
“Dan biarkan aku jadi pemujamu jangan pernah hiraukan perasaan hatiku”. Nah kaya gini nih, ngga putus asa apalagi guling-guling patah arang. Masih banyak kok orang yang sebenarnya mencintai dan tak peduli dengan dibalas cintanya dari orang yang dicintainya. Ini persepsiku sih, karena ngambil sebagian lirik lagu di atas. Mas Eross pasti punya maksud lain dengan menuliskan lagu tersebut.
Banyak orang sekedar "cinta sepihak" dan memendamnya dalam hati. Tapi, ternyata aman - aman saja kok. Jelas, ia tidaj merasa bersalah, Baik kepada dirinya maupun kepada orang lain.
Komentar
Posting Komentar