Ada dongeng tentang sepatu kaca yang tertinggal di tangga istana, tentang pangeran yang bersikeras mencari pemiliknya. Tapi ini bukan cerita itu. Ini bukan tentang putri yang akhirnya menemukan cintanya. Ini tentang seseorang yang memberikan segalanya, hanya untuk ditinggalkan tanpa alasan.
Kamu bukan Cinderella, dan dia bukan pangeran.
Kamu berdiri di altar hati yang retak, berharap ia akan kembali menggenapi janji yang tak pernah diucapkan. Kamu pikir cinta adalah soal memberi, soal menyerahkan dunia tanpa meminta apa-apa kembali. Tapi lihatlah, dia pergi tanpa jejak, seolah cinta yang kau taruh di telapak tangannya hanyalah debu yang mudah ditiup angin.
Di matanya, kamu hanyalah bunga yang ranum tanpa taman—indah, tapi tak pernah cukup untuk membuatnya menetap. Kamu memberi segalanya, mengulurkan hatimu yang telanjang tanpa perlindungan, tapi yang ia lakukan hanya menatap kosong, membeku di dalam kebisuan yang mematikan.
Semesta seolah berkonspirasi mengejekmu. Kamu memohon, berharap satu tatapannya bisa membuatmu merasa cukup, tapi dia sudah terlalu jauh berlayar, terlalu sibuk mencintai dirinya sendiri.
Dan akhirnya, kamu harus menerima kenyataan pahit ini:
Cinta sejati bukan soal memberi segalanya.
Cinta sejati bukan tentang seberapa keras kamu berjuang.
Jika dia tak mengerti, jika dia tak ingin memahami,
Maka belajarlah… kadang cinta tak harus kembali.
Kini kau tahu, dongeng tak selalu berakhir bahagia.
Kadang, kau bisa saja telanjang di hadapan seseorang,
Dan tetap merasa tak berarti.
Di bawah lembayung yang muram dan mati,
Cinta sejati? Entah kapan berani mendekati.
Komentar
Posting Komentar