Ada cahaya di matamu setiap kali kau bercerita. Sinarnya begitu sempurna, seolah dunia berputar di sekitar senyummu. Tapi di balik semua itu, aku tahu, aku bukan pusat semestamu. Aku hanyalah siluet yang kau lewati, seseorang yang mencintaimu dengan utuh, tapi tak pernah benar-benar kau pilih.
Aku di sini, memberikan segalanya—kata-kata hangat, genggaman yang erat, cinta yang tak bersyarat. Namun, saat malam menjemput dan sunyi mulai berbicara, aku tahu hatimu melangkah ke tempat lain. Ada seseorang di sana, seseorang yang selalu memenuhi benakmu. Namanya terukir di dalam ingatanmu, meskipun aku yang ada di sisimu.
Setiap tatapanmu, setiap senyuman yang kau berikan padaku, selalu terasa setengah hati. Aku melihatnya dengan jelas—saat kau mencoba tersenyum untukku, tetapi matamu melayang mencari sesuatu yang bukan aku. Aku ingin menutup mata dan berpura-pura, ingin percaya bahwa mungkin suatu hari kau akan melihatku dengan cara yang sama seperti kau melihatnya. Tapi kenyataan tak pernah sebaik itu.
Dan akhirnya, aku harus menerima bahwa aku hanya singgah, bukan tujuan akhir. Aku mungkin bisa menjadi tempatmu bersandar, tetapi tidak pernah menjadi rumah yang kau pilih untuk kembali. Cinta ini indah, tetapi tak akan pernah berlabuh.
Jadi, sebelum segalanya benar-benar berlalu, biarkan aku menyimpan senyuman terakhir darimu—walaupun aku tahu, senyum itu tak pernah sepenuhnya milikku.
Komentar
Posting Komentar